Khotib Drs. H Abdul Hadi Adjin di Masjid Al-Hidayah: “Memaknai Idul Fitri”

Diawal khotbah ini, melalui mimbar khutbah sholat Idul Fitri, di pagi hari ini kita bersama-sama menyambut panggilan, undangan dan seruan allah yang bukan sekedar untuk memenuhi tradisi nenek moyang, dan bukan pula sekadar mengenang peristiwa masa lalu, tetapi juga semata-mata untuk memenuhi panggilan iman, mensyukuri nikmat puasa ramadhan, dan menyambut idul fitri dengan iringan takbir, tahmid dan tahlil.

Pada kesempatan ini, judul khotbah yang disampaikan adalah “Memaknai Idul Fitri
Idul Fitri mempunyai makna. Pertama, berarti kembali berbuka. Kalau satu bulan penuh kita menahan dari makan dan minum, pada tanggal satu syawal kita dibolehkan berbuka kembali bahkan haram hukumnya bila puasa. Maka Idul Fitri merupakan kegembiraan tersendiri bagi orang yang berpuasa. Mereka yang tidak berpuasa niscaya tidak akan dapat merasakan kenikmatan yang terkandung didalamnya. Sabda Nabi Muhammad SAW;

“Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kegembiraan, kegembiraan tatkala berbuka (baik berbuka setiap harinya maupun berbuka ketika idul fitri) dan kegembiraan ketika kelak bertemu dengan tuhannya (HR Bukhari dan Muslim)”

Selain itu, Idul Fitri juga berarti kembali pada Fitrah kepada kesucian kepada watak kejadian yang asli. Melalui ibadah puasalah kita bukan hanya dididik untuk meninggalkan makan dan minum, tetapi lebih dari itu, bahkan yang terpenting adalah kemampuan kita untuk mengendalikan diri dari perbuatan yang tidak baik dan untuk memiliki kepedulian terhadap sesama.

Apabila semuanya ini dilakukan dengan penuh kesadaran, niscaya idul fitri akan merupakan peringatan yang teramat penting bagi kita sebagai hamba Allah untuk menemukan kembali jati dirinya, bagaikan bayi yang baru lahir terbebas dari dosa.

Jemaah idul fitri yang berbahagia.
Manusia dan fitrahnya adalah hanif. Sedang hanif artinya kerinduan dan ketergantungan kepada penciptanya Allah swt. Ini menunjukan manusia berdasarkan asal kejadian senantiasa cenderung untuk bertuhan dan beribadah hanya kepada Allah ketergantungan yang seperti ini pada dasarnya telah diikrarkan sewaktu mereka berada di alam roh. Atau dalam kandungan , firman Allah ,

“Dan (ingatlah) Ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari Sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), bukankah aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab betul (engkah Tuhan Kami) kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar dihari kiamat kamu tidak mengatakan ,” sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap (keesaan Tuhan ini)”. (AL-A’raf: 172).

Selanjutnya, fitrah ketuhanan dan keagamaan menuntut manusia untuk mewarisi sifat-sifat Allah dalam kehidupan nyata. Diantara sifat-sifat Allah itu adalah maha agung, maha mulia, maha benar, maha adil, maha pengasih dan maha penyayang.

Karena itu, Idul Fitri mengandung upaya untuk mengembalikan umat manusia kepada keagungan dan kemuliaan, kepada kebenaran dan keadilan serta kembali kepada kasih sayang sesama insan.
Dengan demikian idul fitri bukan hanya menuntut kita untuk taat kepada Allah dalam arti sempit namun juga menuntut agar kita mengwujudkan fitrah sosial dalam kehidupan sehari-hari.

Ramadhan kita dibiasakan untuk banyak beramal berinfaq dan bersodaqoh kepada saudara saudara kita yang miskin bahkan kita juga diwajibkan mengeluarkan zakat fitrah sebagai wujud dari rasa kepedulian kita terhadap sesama kaum muslimin.

Oleh sebab itu, melalui Idul Fitri ini, marilah kita temukan kembali fithrah (asal) kejadian kita. Penuhi bisikan nurani kita, kikis godaan dan rayuan syetan, kita wujudkan nilai-nilai ramadhan dalam kehidupan nyata, seperti kecenderungan kita untuk selalu mendekatkan diri kepada allah SWT , untuk menahan diri dari amal yang tidak bermanfaat untuk bersabar dalam menerima cobaan hidup untuk memiliki kepedulian sesama dan untuk memiliki kesadaran kesamaan derajat.

Dengan jalan demikian kita akan selalu cenderung memilih kemuliaan dan menolak kehinaan, memilih keagungan dan menolak kerendahan, memilih keadilan dan menolak kedzaliman, memilih kebenaran dan menolak kebathilan sehingga hidup kita selalu berada pada jalur keselamatan dan kebahagian baik didunia maupun diakhirat.

Akhirnya berkaitan dengan idil fitri ini kita memiliki budaya khas yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. Setiap idul fitri datang, umat islam indonesia saling mengunjungi, saling berjabat tanggan, salin mengucapkan selamat Idul Fitri. Karena itu, sebagai penutup izin saya mengucapkan selamat Idul Fitri, Minal Aidin Walfaizin mohon maaf lahir dan batin dan penutup diakhiri dengan pembacaan doa.
Wasalamualaikum WR WB

*) Khotib Sholat Idul Fitri 1443 H 1 Syawal Drs. H. Abdul Hadi Adijin di Masjid Al-Hidayah Kelurahan Paal Satu Tanjungpandan Belitung