Silatuhrahmi LAMBEL dan IKMB Diskusi Soal Adat, Budaya & Lingkungan

TANJUNGPANDAN: Ketua IKMB (Ikatan Keluarga Masyarakat Belitung) Zulkifli Umar lakukan silatuhrahmi ke LAMBEL (Lembaga Adat Melayu Belitung), pada Jumat malam, 14 Mei 2021, di rumah Ketua LAMBEL, Tanjungpandan, Kabupaten Belitung, Provinsi Bangka Belitung.

Pada acara silatuhrahmi ini hadir Ketua LAMBEL Drs. H. Abdul Hadi Adjin pengurus LAMBEL Achmad.Hamzah, Karseno, Teguh Trinada (anggota pokja Advokasi hukum)

Kepada Ketua IKMB, Ketua LAMBEL Drs. Abdul Hadi Adjin sampaikan terkait kepengurusan LAMBEL dalam masa kepimpinannnya, persoalan lingkungan hidup, penerbitan buku prosesi adat perkawinan & piranti, serta persoalan pembangunan adat, budaya dan lingkungan Belitung.

Hadi ajak IKMB untuk membangun Belitung sama sama menjaga kelestarian lingkungan hidup, adat, dan budaya Belitung.

“Kita ajak IKMB untuk peduli dengan Belitung. Gerakan kesadaran, dan saling bekerjasama dengan satu sama lain,” kata Hadi.

Apalagi saat ini, kata Hadi, Geopark Belitong telah ditetapkan oleh Unesco perlu sinergi untuk membangun Belitung dalam menunjang perekonomian dan pariwisata Belitung.

Sementara itu, Ketua IKMB Zulkifli Umar setuju upaya LAMBEL dengan gerakan pelestarian adat dan lingkungan hidup dan budaya di Belitung sesuai dengan misi dan visi yang diembannya.
“IKMB punya orang-orang senior dan punya sumberdaya manusia, dan punya pemikiran yang maju, dan siap untuk mendukung kelembagaan LAMBEL saat ini,” katanya.

Terkait dengan lingkungan, Zukifli melihat LAMBEL sangat peduli dan lingkungan hidup saat ini karena hal ini penting untuk menjaga kelestarian adat dan budaya Belitung.
“Kita sepakat agar semua pihak jangan menambang di daerah kawasan pariwisata. Tambang harus dilakukan reklamasi dan juga dijaga kelestarian dan jangan menambang di DAS (Daerah Aliran Sungai) serta membuat berbagai kerusakan apalagi saat ini geopark Belitong sudah mendunia,” katanya.

Ia pun setuju dengan sikap LAMBEL yang punya perhatian serius dengan pelestarian kearifan lokal untuk dikembangkan sebagai bagian penunjang pariwisata.

“Dan tentunya masukkan ke depan, perlu adanya payung hukum misalnya, ada aturan baku/ornamen di hotel gunakan ciri dan kekhasan Belitung apa saja. Saat ini aturan ini belum ada. Begitu juga, kapan pemakaian tanjak (tutup kepala), baju khas di Belitung kapan waktu dipakai, termasuk bagaimana pengaturan
budaya kuliner/ cara penyajian, budaya bangunan, budaya seni,” katanya.

Ia berterima kasih kepada LAMBEL dan bersyukur dengan kehadirannya.
“Kita harus bersyukur dan pemkab harus berterima kasih kepada LAMBEL perjuangkan adat, budaya dan pelestarian lingkungan hidup,” katanya.*