TANJUNGPANDAN – Harapan baru muncul bagi para peternak ayam mandiri di Kabupaten Belitung setelah pertemuan penting dengan Bupati Belitung pada Kamis (20/3/2025).
Dalam audiensi yang digelar di ruang rapat Bupati, para peternak mendapat kabar baik terkait stabilisasi harga ayam dan peluang baru untuk berdagang langsung di pasar.
Ketua Aliansi Peternak Ayam Mandiri Kabupaten Belitung, Yahya, menyatakan bahwa hasil audiensi ini memberikan harapan besar bagi keberlangsungan usaha peternak ayam mandiri di Belitung. “Dari pertemuan hari ini, terlihat ada angin segar dari pemerintah daerah. Kami melihat ada harapan yang bisa diambil,” ungkap Yahya kepada awak media.
Langkah Konkret: Peraturan Bupati dan Lapak di Pasar
Salah satu keputusan penting yang disambut baik adalah rencana penerbitan Peraturan Bupati Belitung tentang stabilisasi harga ayam. Ini menjadi solusi bagi dua persoalan utama yang dihadapi peternak: populasi ayam yang tinggi dan harga yang tidak stabil.
Selain itu, kabar menggembirakan lainnya adalah penyediaan lapak khusus bagi peternak ayam mandiri di Pasar Tanjungpandan. Hal ini akan memberikan kesempatan bagi peternak untuk menjual ayam langsung ke masyarakat, tanpa harus bergantung pada broker.
“Ini langkah baik untuk memastikan penyerapan ayam potong tidak hanya melalui broker, tetapi juga langsung dari peternak mandiri,” ujar Yahya.
Harga Ayam Ditetapkan, Masyarakat dan Peternak Sama-Sama Untung
Hasil kesepakatan sebelumnya dengan DPRD Belitung menetapkan harga ayam di tingkat peternak (harga kandang) antara Rp25 ribu hingga Rp28 ribu per kilogram. Sementara itu, harga di tingkat pedagang pasar berada di kisaran Rp38 ribu hingga Rp40 ribu per kilogram.
“Semuanya harus seimbang, agar masyarakat tidak terbebani dan peternak tetap bisa untung,” jelas Yahya.
Tantangan Besar: Persaingan dengan Perusahaan Raksasa
Saat ini, Aliansi Peternak Ayam Mandiri Kabupaten Belitung menaungi sekitar 60 peternak yang turut menyerap tenaga kerja lokal. Namun, mereka masih menghadapi tantangan besar, terutama dalam persaingan dengan perusahaan besar yang menguasai bibit, pakan, dan obat ayam.
Menurut Yahya, perusahaan besar lebih fokus pada penjualan pakan dan bibit dibandingkan dengan harga daging ayam itu sendiri. Akibatnya, harga ayam di pasaran sering anjlok, sementara peternak mandiri kesulitan bertahan.
“Kami tidak ingin peternak mandiri terus menjadi korban dalam penetapan harga ayam. Dengan adanya regulasi ini, diharapkan keseimbangan pasar bisa tercapai,” tegas Yahya.
Harapan Baru bagi Peternak Ayam Belitung
Dengan adanya komitmen pemerintah daerah, penerbitan regulasi harga ayam, dan lapak di pasar, peternak ayam mandiri di Belitung kini memiliki peluang lebih besar untuk berkembang. Langkah ini juga diharapkan bisa menciptakan keseimbangan antara kepentingan peternak, pedagang, dan konsumen.
“Kami akan terus berjuang agar peternak mandiri tetap bertahan dan mendapatkan keuntungan yang layak,” tutup Yahya.*


















