TANJUNGPANDAN: Malam yang penuh makna terjadi di Sekretariat Komunitas Diskusi 17, Jalan Air Serkuk Dalam No. 21, Tanjungpandan, Belitung, pada tanggal 25 Juni 2024.
Acara bertajuk mencari pemimpin yang berkarakter ini dalam rangka memperingati Hari Jadi kota Tanjungpandan yang ke-186, yang akan jatuh pada tanggal 1 Juli 2024.
Acara dihadiri oleh 52 tokoh masyarakat, termasuk Alumni Presidium Pembentukan Provinsi Bangka Belitung, tokoh reformasi, serta beberapa perwakilan dari partai politik, pemuda, dan tokoh masyarakat setempat.
Acara dimulai dengan pembukaan yang dipandu oleh H. Hasimi, dilanjutkan dengan pembacaan doa untuk mengenang almarhum H. A. Rani Rasyid bin Rasyid, (Korwil Alumni Pejuang Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Wil. Belitung), sebelum makan malam bersama dilakukan.
Diskusi kemudian dibuka dengan paparan dari narasumber, antara lain Bapak Drs. H. Abdul Hadi Adjin dan Bapak H. Muhtar Motong, diikuti dengan sesi dialog interaktif yang melibatkan partisipasi dari para tokoh seperti H. Soehadi Hasan, Drs. Zainal Arifin, Ir. H. Nazalius, Zulfriandi Afan, S.E., dan H. Zukron Said.
Acara yang dibuka oleh Ketua Panitia Diskusi Perjuangan VIII, Bapak Rizali Abusama dengan menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua yang hadir dan menegaskan maksud dari diskusi ini adalah mencari pemimpin yang berkarakter, terutama menghadapi Pilkada 2024 yang akan datang.
Ia juga mengutarakan maksud dan tujuan dilaksanakannya diskusi perjuangan VIII termasuk lahirnya Komunitas Diskusi 17 Belitong Babel pada tanggal 21 November 2017 di terminal Kota Tanjungpandan, dengan sorotan pertamanya adalah permasalahan tempat pembuangan sampah dikawasan wisata Tanjungpendam, tepatnya di Belakang Hotel Green Hatika, Samping kantor PT. Timah Belitung dan bersebelahan dengan kantor Perwakilan Babel (Mess Bougenville), permasalahan tersebut mendapat tanggapan dari pihak pemerintah daerah yang segera memindahkan tempat pembuangan sampah tersebut.
Menurut Ketua Komunitas Diskusi 17 ini bahwa Diskusi yang telah dilaksanakan selama 7 tahun ini, terutama dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Provinsi Kepulauan Bangka Belitung setiap tanggal 21 November atau dalam rangka memperingati Hari Perlawanan Rakyat Belitung setiap tanggal 25 November.

Namun lanjutnya, silaturahmi dan diskusi pada malam hari ini dilaksanakan dalam rangka HJKT ke 186 tahun 2024, mengingat HJKT adalah momentum apalagi menghadapi Pilkada 2024 baik Gubernur/Wakil Gubernur Bangka Belitung maupun Bupati/Wakil Bupati Belitung, maka tema yang diangkat adalah ‘MENCARI PEMIMPIN YANG BERKARAKTER”.
PAPARAN DISKUSI
Dalam diskusi ini nara sumber Bapak Drs. H. A. Hadi Adjin. Dalam paparannya, Hadi menyoroti dua aspek krusial yang harus menjadi fokus dalam mencari pemimpin yang tepat untuk Bangka Belitung dan Kabupaten Belitung.
Ia menekankan pentingnya karakter yang baik pada calon pemimpin. “Untuk menjadikan Bangka Belitung atau Belitung lebih baik, maka pemimpin yang kita cari pada Pilkada 2024 harus memiliki karakter yang baik,” ujar Hadi. Ini sebagai upaya untuk memastikan kepemimpinan yang bertanggung jawab dan amanah dalam memajukan daerah.
Selain itu, dalam konteks Kabupaten Belitung, Hadi memberikan saran khusus kepada Penjabat Bupati Belitung Yuspian S.Sos MIR. “Kiranya tidak maju mencalonkan diri sebagai calon Bupati Belitung pada tahun 2024, disamping masih muda dan masih memiliki banyak kesempatan untuk menduduki jabatan di birokrasi, misalnya Dirjen atau Sekjen,” tambahnya dengan tegas.
Mengenai visi pembangunan, Hadi menyoroti pentingnya memahami filosofi pembangunan yang telah disusun oleh para pendahulu. “Pemimpin kedepan harus mengerti tentang filosofis pembangunan yang disusun oleh para pendahulu,” ungkapnya. Hal ini dilakukan untuk menghindari penyimpangan seperti yang terjadi pada pelabuhan Tanjung Batu yang akhirnya menjadi permasalahan hukum dan menyeret beberapa pihak ke dalam penjara. “Pelabuhan Tanjung Batu seharusnya menjadi jembatan emas untuk meningkatkan kesejahteraan dan memakmurkan masyarakat Belitung,” lanjutnya.
Sedangkan narasumber lainnya, Bapak H. Muhtar Motong, atau akrab disapa pak Haji Tare, yang memberikan pandangan tajam dan berbobot mengenai kepemimpinan yang diperlukan untuk daerah ini.
Ia menegaskan bahwa “Pemimpin yang dicari adalah pemimpin yang memimpin bukan pemimpin yang dipimpin oleh orang lain.” Hal ini menggarisbawahi pentingnya memiliki kepemimpinan yang mandiri dan berwibawa, mampu mengambil keputusan tanpa dipengaruhi oleh pihak lain.
Haji Tare menekankan bahwa pemimpin harus berani melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. “Ribuan rakyat Belitung menggantungkan nasibnya,” ujarnya dengan lugas. Ini menjadi panggilan untuk pemimpin yang berani mengambil langkah-langkah strategis demi kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.
Tidak ketinggalan, dalam konteks partai politik sebagai gerbang masuknya para calon, Bapak Muhtar menyoroti pentingnya mendengar dan merasakan denyut nadi masyarakat. “Bukan keinginan perseorangan atau kelompok apalagi untuk kepentingan uang,” tegasnya. Hal ini mencerminkan harapan akan pemimpin yang tidak terjebak dalam kepentingan sempit, tetapi mampu melayani masyarakat secara adil dan transparan.
Selanjutnya, Ia menegaskan bahwa pemimpin harus memiliki rasa kasih sayang atau empati terhadap masyarakat. “Harus mengerti dengan apa yang dibutuhkan masyarakat,” lanjutnya. Program-program pembangunan seperti di bidang pariwisata dan UMKM harus benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, terutama dalam menghadapi tantangan seperti saat ini dengan pasca pandemi COVID-19.
Terakhir, Bapak Muhtar menyinggung pentingnya program daerah yang jelas dan tergambar dalam APBD. “Jangan menjadi program siluman yang muncul tiba-tiba,” katanya dengan nada peduli. Contohnya, program Festival Cina Internasional yang tidak membawa dampak ekonomi yang signifikan, tetapi meninggalkan beban hutang yang berat bagi pemerintah daerah.
.
Sedangkan Bapak H. Soehadi Hasan menyoroti pentingnya memiliki pemimpin yang visioner untuk memajukan sektor ini.
“Pembangunan di bidang pariwisata harus melangkah maju. Gedung atau kantor pariwisata tidak boleh seperti ‘kandang gadok’. Sebab, dalam mengelola destinasi pariwisata daerah harus dengan konsep yang terarah dan jelas,” tegas Bapak Soehadi Hasan yang merupakan ketua Reformasi untuk Belitung Masa Depan yang merupakan (tokoh reformasi yang sempat mengulingkan atau menurunkan pejabat daerah sebelumnya-bupati terdahulu diera tahun 1999 yang dinilai tidak bersih dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme).
Beliau menekankan bahwa ada perlunya usaha serius untuk memperbaiki infrastruktur pariwisata dengan konsep yang lebih jelas dan modern. “Maka dari itu, kita harus mencari dan memilih pemimpin yang visioner,” tambahnya dengan penuh keyakinan. Hal ini penting agar pembangunan pariwisata tidak hanya sekedar berjalan di tempat, tetapi juga mampu menarik lebih banyak wisatawan dan memberikan dampak ekonomi yang positif bagi masyarakat setempat.
Narasumber lainnya, Bapak Ir. H. Nazalius, dalam paparannya, menyampaikan pandangannya tentang bagaimana pengelolaan sumber daya alam dapat menjadi kunci untuk kemakmuran daerah ini.
Menurutnya, “Kepulauan Bangka Belitung, terutama pulau Belitung, seakan sudah dipersiapkan oleh Allah SWT dengan sumber alam yang melimpah.” Dia menekankan bahwa kekayaan alam seperti lada putih, timah putih, kaolin, kuarsa, dan pasir putih telah menjadi perhatian internasional. “Setiap kepala daerah Belitung yang berkunjung ke luar negeri selalu ditanya tentang lada putih atau timah putih, karena sumber daya alamnya melimpah di Bangka atau Belitung,” tambahnya.
Namun, Nazalius juga menyoroti bahwa potensi ini belum dioptimalkan sepenuhnya untuk menjadi sumber pendapatan yang signifikan bagi daerah dan masyarakatnya. “Kita perlu mencari pemimpin yang berkarakter,” ujarnya dengan tegas. Menurutnya, pemimpin yang memiliki hati, pemikiran, dan kebijakan yang bersih akan sulit diintervensi oleh siapapun dan mampu mengelola sumber daya alam dengan efektif dan transparan.
Lebih lanjut, beliau menambahkan, “Gubernur atau Bupati yang sebagai pemimpin, biasanya high performance karena dibiayai, tapi low income sehingga mudah tergoda. Sementara para ‘boss’ yang memiliki pendapatan tinggi tapi rendah dalam kinerja, biasanya cenderung ‘very high income’.” Untuk itu, Bangka Belitung membutuhkan pemimpin yang bukan hanya ‘boss’, tetapi ‘leader’ sejati. Pemimpin yang memiliki visi yang jelas, kompetensi yang tinggi, dan konsistensi dalam memimpin serta berintegritas tinggi.
Terakhir, Nazalius menyebutkan pentingnya karakteristik “5 C (white character)” untuk seorang pemimpin yang ideal: Competence, Compromistis, Capacity & capability, Consistency, Coordination, dan Communication. “Ini semua harus terwujud dalam sosok pemimpin yang tidak hanya mampu mengelola kekayaan alam, tetapi juga mendorong kemajuan yang berkelanjutan bagi masyarakat Bangka Belitung,” pungkasnya.
Sementara itu, Bapak Zulfriandi Afan, S.E., yang akrab disapa Bang Ipen, yang mengungkapkan keprihatinan mendalam terhadap kondisi “negeri mafia” yang semakin merajalela di Indonesia, termasuk di Bangka Belitung.
“Negeri ini sepertinya sudah seperti negeri mafia, tidak ada yang tidak tersentuh oleh tangan-tangan mafia,” ujar Bang Ipen dengan nada penegas.
Ia menyoroti berbagai bentuk mafia seperti mafia sembako, mafia peradilan, mafia tanah, hingga mafia dalam sektor energi seperti minyak, gas, dan BBM, serta mafia di sektor proyek-proyek dan tambang timah. “Ini adalah hasil dari kesalahan pemimpin masa lalu yang tidak menjaga tata kelola yang baik,” tambahnya.
Bang Ipen menegaskan bahwa penyimpangan ini telah merugikan rakyat, yang mungkin sudah tidak merasakan lagi hak-hak mereka sebagaimana amanat dasar negara, terutama terkait keadilan sosial dan ekonomi kerakyatan seperti yang tercantum dalam Pancasila atau UUD 1945 Pasal 33. “Momentum konstitusional setiap lima tahun sekali harus dimanfaatkan dengan memilih pemimpin yang tidak hanya populer namun juga mumpuni,” ujarnya dengan tegas.
Selain itu, Bang Ipen juga menyoroti bahwa pemimpin yang diharapkan tidak cukup hanya memiliki karakter yang baik, tetapi juga harus visioner. “Pemimpin harus memiliki target kerja yang jelas. Lima tahun ke depan, Belitung mau dibawa ke mana? Dan jika gagal, apa konsekuensinya?” tanyanya dengan serius. Menurutnya, segala garansi dan dampak kerja harus terlihat jelas dalam 100 hari pertama pemerintahan agar masyarakat tidak kecewa seperti “membeli kucing dalam karung.”
Dalam diskusi ini juga disampaikan masukan yang berharga dari Bapak H. Zukron, yang menyoroti pentingnya tata kelola yang baik untuk memastikan keberlanjutan dan efisiensi operasional pelabuhan ini.
“Pelabuhan Tanjung Batu dibangun untuk mengurangi kepadatan bongkar muat di Pelabuhan Tanjungpandan yang semakin padat,” jelas Bapak Zukron, yang mendukung penjelasan sebelumnya dari Bapak H. Nazalius. Kepadatan ini telah mengharuskan dilakukannya pengerukan setiap tahun tiga kali, yang biayanya sangat mahal.
Iavmenambahkan, “Kita membutuhkan pemimpin yang memahami tata kelola pelabuhan ini dengan baik. Kita tidak boleh terus merugi, dan yang lebih penting, pelabuhan ini tidak boleh dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya.” Ini adalah tantangan nyata yang harus dihadapi untuk memastikan bahwa pelabuhan berfungsi optimal untuk kepentingan masyarakat dan perekonomian daerah.
Sementara itu, Bapak Rizali Abusama, selaku Ketua Panitia Pelaksana, dalam sambutannya menegaskan pentingnya hasil diskusi ini untuk disampaikan kepada pemerintah daerah, KPU, Bawaslu, dan partai politik.
“Kami berharap dengan membentuk Tim Khusus, aspirasi dan permasalahan yang diungkapkan dalam diskusi ini dapat disuarakan dengan jelas kepada para pemangku kepentingan,” ujarnya penuh optimisme.
Acara ini ditutup dengan doa dan ucapan syukur, “Hamdalah, Alhamdulillahi robbill’alamiin,” yang menandai selesainya perhelatan yang dipenuhi dengan kebersamaan dan semangat kekeluargaan.
Adapun kesimpulan dan Saran antaa lain;
a. Memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya pemimpin yang berkarakter dan visioner didalam membangun Kepulauan Bangka Belitung maupun pulau Belitung.
b. Pemilihan Kepala Daerah Gubernur/Wakil Gubernur Bangka Belitung dan Bupati/Wakil Bupati Belitung agar berpihak kepada rakyat, tidak melakukan kecurangan, Bawaslu bertindak tegas sesuai aturan, seluruh masyarakat Belitung agar menjadi pemilih yang aktif dan rasional.
c.. Partai politik sebagai pengusung atau pendukung Bakal Calon Kepala Daerah Gubernur/Wakil Gubernur Kepulauan Bangka Belitung, Calon Bupati/Wakil Bupati Belitung agar memperhatikan sifat karakter dan visioner para calon, untuk memudahkan masyarakat Belitung dalam memilih calon yang tepat baik sebagai Gubernur/Wakil Gubernur maupun Bupati/Wakil Bupati Belitung.
d. Calon Kepala Daerah Gubernur/Wakil Gubernur atau Bupati/Wakil Bupati harus memiliki hal-hal sebagai berikut:
1) Integritas moral, spiritual dan intelektual.
2) Keberanian,
3) Rasa hormat dan impati,
4) Kesadaran diri,
5) Empati dan rasa syukur,
6) Cekatan didalam mengambil keputusan yang tepat dan akurat
7) Mengetahuai bagaimana cara mendelegasikan dan berkomunikasi secara efektif.
E. Komunitas Diskusi 17 agar menyebarkan hasil diskusi perjuangan VIII kepada masyarakat Kabupaten Belitung agar mereka dapat memilih Calon Gubernur/Wakil Gubernur atau Bupati/Wakil Bupati yang berkarakter dan visiner sebagaimana tersebut diatas.
Lewat diskusi ini selain sebagai wadah untuk menjalin silaturahmi serta mengajukan gagasan-gagasan konstruktif, khususnya terkait kepemimpinan yang berkarakter di masa yang akan datang.
Diskusi Perjuangan VIII ini menegaskan komitmen untuk terus berkontribusi dalam pembangunan masyarakat dan daerah, serta sebagai bentuk apresiasi terhadap sejarah dan perjuangan bangsa. Semoga silaturahmi dan diskusi ini berakhir dengan harapan akan lahirnya pemimpin yang tidak hanya berkarakter, tetapi juga mampu membawa kemajuan bagi Bangka Belitung dan Belitong yang tercinta ini.*