Rayakan Ceng Beng di Belitung,Warga Keturunan Titipkan Ke Sanak Familinya

TANJUNGPANDAN: Warga Keturunan Belitung yang berada di luar daerah disarankan untuk titipkan ke keluarga di Belitung guna rayakan kegiatan ceng beng. Hal ini sebagai upaya untuk mencegah dampak penyebaran virus covid-19.

Hal itu ditanggapi positif dari warga keturunan Belitung yang tinggal di luar daerah maupun di dalam daerah.
Abun misalnya kepada trawangnews.com benarkan keluarganya yang tinggal di Jakarta  tak ke belitung untuk kegiatan ceng beng, sebagai imbas dari corona.

“Ada sudah booking tiket, lalu dibatalkan. Ini demi keselamatan warga Belitung umumnya,”kata warga Abun di Tanjungpandan.
Abun ungkap bahwa keluarganya yang berada di di luar daerah menitipkan sanak famili di Belitung untuk lakukan kegiatan perayaan ceng beng.

Sementara itu, pantauan trawangnews.com di makam ziarah bagi warga etnis Tionghoa di pemakaman umum Pilang, Kecamatan Tanjungpandan, Belitung,  makam warga etnis tionghoa terasa sepi. Padahal, kegiatan ceng beng sudah masuk namun masih terlihat begitu tak seramai tahun lalu.

“Biasanya tahun kemarin, seminggu jelang ceng beng kondisinya ramai. Saat ini memang dirasa kurang,” kata Azeli, warga Perawas yang bersihkan kuburan di pemakaman di Pilang.

Seperti diketahui, Tradisi Cheng Beng, atau datang ke makam orang tua sudah diwariskan secara turun-temurun dan sudah berlangsung selama ratusan tahun.

Puncak ceng beng jatuh pada setiap 5 April. Akan tetapi masyarakat keturunan Tionghoa sudah menyambut sekitar dua pekan sebelumnya. Ini karena prosesi tradisi tersebut tidak hanya sekedar berdoa namun juga membersihkan dan mempercantik makam leluhurnya. “Ceng beng merupakan satu-satunya momentum untuk mengunjungi makam leluhur dan berdoa.

Tradisi ceng beng dikenal juga dengan nama chin min dari kata chin yang berarti bersih dan ming memiliki arti cerah. Istilah tersebut menandakan musim panas akan segera datang dan waktunya berkunjung mengenang leluhur.

Pada tradisi itu, biasanya anggota keluarga akan membersihkan makam sebelum waktu kunjungan. Para anak diwajibkan membersihkan sendiri makam leluhurnya. Namun karena pergeseran zaman, saat ini sudah banyak keluarga yang menggunakan jasa pembersih kuburan leluhur sehingga kehilangan makna chinmin.

Di hari kunjungan, sejak subuh sebelum matahari terbit para peziarah sudah harus tiba di makam dan menata jamuan untuk leluhur. Jamuan itu berupa nasi serta samsang atau daging hewan tiga alam yang berasal dari laut, darat, dan udara. Ada juga lauk pauk, teh, arak, buah-buahan, dan kue sebagai simbol pelayanan terhadap leluhur yang telah tiada.

Pada prosesi itu mereka juga wajib membawa kim ci. Kim ci adalah kertas sembahyang dan uang-uangan berbahan kertas yang akan dibakar untuk membekali para arwah di alam baja menurut kepercayaan.

Peziarah juga menempelkan satu per satu kertas sembahyang di pusaran makam yang dipercaya sebagai simbol penambal pusaran makam. Namun ada juga yang menilai menempelkan kertas sebagai penanda makam tersebut telah disembahyangi. *Tim