Tim Sukses Pilkada: Antara Serangan Personal dan Perdebatan Substantif

Pada akhirnya, pemilihan kepala daerah bukanlah sekadar pertarungan popularitas, tetapi pertarungan gagasan. Dan tim sukses harus menjadi jembatan yang menghubungkan kandidat dengan pemilih melalui diskusi yang substansial, bukan serangan personal. Inilah yang akan membuat demokrasi kita semakin matang dan bermartabat

TANJUNGPANDAN – Dalam setiap pesta demokrasi, seperti Pilkada, tim sukses memainkan peran vital. Mereka adalah otak di balik layar yang bertugas memenangkan calon yang didukung, menggerakkan strategi, dan membangun citra di mata masyarakat.

Namun, di balik glamor dan gegap gempita kampanye, ada fenomena yang kerap terulang: serangan personal terhadap calon lawan, yang sering kali mengesampingkan debat substansial mengenai visi-misi dan program pembangunan.

Di tengah hiruk-pikuk kampanye, tak jarang kita melihat strategi yang cenderung menyentuh ranah personal lawan. Mulai dari karakter, latar belakang, hingga kehidupan pribadi calon bupati, walikota, atau gubernur sering dijadikan bahan bakar untuk menggiring opini publik. Di mata tim sukses, serangan semacam ini mungkin dianggap efektif, terutama bagi pemilih yang cenderung kurang memperhatikan isu-isu kebijakan. Namun, apakah ini benar-benar cara yang bijak?

Serangan personal bisa jadi ampuh dalam jangka pendek, membentuk persepsi negatif terhadap calon lawan. Tapi, ini justru menjadi bumerang bagi masyarakat, terutama pemilih pemula, yang seharusnya mendapatkan informasi lebih mendalam tentang program-program konkret yang ditawarkan oleh para calon pemimpin. Ketika fokus kampanye bergeser dari kebijakan dan program pembangunan menjadi gosip dan fitnah, publik kehilangan kesempatan untuk memahami arah kebijakan yang akan diambil oleh calon yang bersaing.

Idealnya, kampanye politik—terutama dalam Pilkada—harus menjadi ajang pertarungan gagasan. Para kandidat seharusnya berdebat secara terbuka mengenai visi dan misi mereka, membedah setiap program yang mereka tawarkan. Dari pendidikan, kesehatan, hingga infrastruktur, semua aspek ini penting untuk didiskusikan secara mendalam, bukan sekadar janji manis tanpa landasan jelas.

Tim sukses, dalam hal ini, memiliki peran yang sangat penting. Mereka tidak hanya sebagai mesin pemenangan, tetapi juga agen pendidikan politik. Dengan mengedepankan perdebatan yang substansial, mereka dapat membantu pemilih memahami apa yang benar-benar ditawarkan oleh para kandidat. Ini bukan hanya soal siapa yang paling populer, tetapi siapa yang memiliki solusi konkret untuk masalah daerah.

Masyarakat, khususnya pemilih pemula, membutuhkan informasi yang jelas dan mendalam tentang implikasi dari setiap kebijakan yang akan diterapkan oleh calon pemimpin. Tanpa pemahaman ini, mereka hanya akan memilih berdasarkan simpati, bukan rasionalitas. Padahal, pemilihan kepala daerah adalah proses krusial dalam menentukan arah pembangunan di daerah.

Untuk itu, sangat penting bagi tim sukses dan seluruh elemen kampanye untuk mengangkat diskusi ke level yang lebih tinggi. Daripada menyerang kelemahan pribadi calon lawan, lebih baik mereka fokus pada program pembangunan yang akan diterjemahkan ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) pasangan calon. Inilah yang sesungguhnya dibutuhkan oleh masyarakat: sebuah pendidikan politik yang benar, yang membantu mereka memilih berdasarkan substansi, bukan drama.

Jika debat tentang isu-isu strategis seperti ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur benar-benar diangkat, masyarakat akan mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang siapa calon yang paling layak memimpin.

Dengan begitu, kualitas pilkada akan meningkat dan masyarakat akan teredukasi dalam proses demokrasi yang ke arah yang lebih substansial.

Pada akhirnya, pemilihan kepala daerah bukanlah sekadar pertarungan popularitas, tetapi pertarungan gagasan. Dan tim sukses harus menjadi jembatan yang menghubungkan kandidat dengan pemilih melalui diskusi yang substansial, bukan serangan personal. Inilah yang akan membuat demokrasi kita semakin matang dan bermartabat.*)

*)Penulis adalah Harfanizar (Mantan Anggota KPU Belitung/Panwas Pilkada)